Rabu, 01 Mei 2019

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM



LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN 8
 ( KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM )



DI SUSUN OLEH :
NAMA   : IKA ERMAYANTI
NIM        : A1C117031
KELAS  : REGULER A

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

VII  DATA PENGAMATAN
7.1. Kromatografi lapis tipis
No.
Sampel
Jarak
Noda(cm)
Jarak
Eluen (cm)
Rf
1
Buah naga
3,9
4,8
0,8125
2
Bayam
0,3
4,8
0,025
3
Nanas
3,8
4,8
0,79166
4
Bunga kertas
2,5
4,8
0,520
5
Semangka
3,7
4,5
0,8222
6
wortel
3,9
4,5
0,8666
7
pepaya
3,8
4,5
0,8444
8
Kentang
0
4,5
0
9
Tomat
4,1
4,7
0,8723
10
Bunga sepatu
4,0
4,7
0,8510

7.2. Kromatografi kolom
No.
Sampel
banyak botol
Warna
Hasil TLC
1
Buah naga
6 botol
Bening semua
Tidak ada noda ang bergerak
2
Bayam
4 botol
1  (bening) 2 (Hijau) 3 (hijau pudar ) 4 (bening)
Noda tidak ada yang bergerak tetapi tapi noda 1,2,3 terlihat berwarna kekuningan pada garis bawah plat.
3
Nanas
3 botol
1 (bening) 2 (kuning keruh ) 3 (bening)
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
4
Bunga kertas
5 botol
1 ( bening ) 2 ( terdapat seperti minak ) 3 ( agak keruh ) 4 dan 5 ( bening )
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
5
Semangka
3 botol
1 (bening) 2 ( keruh ) 3 (bening)
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
6
wortel
3 botol
1 (bening) 2 ( kuning cerah ) 3 (bening)
Noda 1dan 3 tampak berwarna krim pada garis bawah tapi tidak bergerak
7
pepaya
4 botol
1 (bening) 2 ( kekuningan  ) 3 dan 4 (bening)
Noda satu tak terjadi apa2. Noda 2 dan 4 tampak noda krim pada garis bawah dan pada noda 3 bergerak naik dengan warna krim
8
Kentang
4 botol
1 (bening) 2 ( kuning keruh ) 3 dan 4 (bening)
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
9
Tomat
3 botol
1 (bening) 2 ( kemerahan) 3 (bening)
Pada noda ketiga berwarna abu2 dan bergrak naik ke atas
10
Bunga sepatu
4 botol
1 (bening) 2 dan 3( keruh  ) 4 ( keruh pudar )
Noda tidak tampak dan tidak bergerak


VIII  PEMBAHASAN 

8.1 Kromatografi Lapis Tipis
Pada percobaan ini kami melakukan pemisahan terhadap 10 ekstrak sampel dengan teknik kromatografi lapis tipis, dimana ekstrak sampel yang kami gunakan itu ialah ; ekstrak buah naga, bayam, nasas, bunga kertas, semangka, wortel, papaya, kentang, tomat, dan ekstrak bunga sepatu. Pada kromatografi lapis tipis ini digunakan prinsip kerja berdasarkan kemampuan partisi dan adsorbsi yang terlibat dalam fasa gerak dan fasa diam. Dimana fasa diam yang digunakan ialah  plat TLC, sedangkan fasa gerak yang digunakan ialah eluen beruipa suatu larutan cair ( pelarut) ang harus di sesuaikan dengan jenis sampel yang dianalisis dari segi polar ataiu non polarnya ( kepolarannya). Dimana fase diam akan merambat keatas membasahi kertas saring, dengan demikian ruangan dalam bejana tertutup ini akan lebih cepat dijenuhi dengan uap pelarut. Setelah ruangan dalam bejana jenuh dengan uap fase gerak (terjadi kesetimbangan), plat TLC dimasukkan dimulai pengembangan atau elusi. Bercak sample pada garis awal jangan sampai tercelup dalam fase gerak. Fase gerak akan merambat naik membawa komponen sample. Kecepatan merambat tiaptiap komponen berbeda tergantung kekuatan persaingan zat aktif yang ada di dalam sampel.
Dimana hal pertama yang harus dilakukan pada metode ini yaitu menyiapkan plat TLC yang diogunakan sebagai . Dimana cara membuat plat ini dilakukan dengan memotong kertas saring whattman dengan panjang 5 cm dengan lebar 3 cm, dalam menentukan besar plat tlc yang digunakan tidak perlu berukuran terlalu besar karena jika ukuran plat TLC terlalu besar maka semakin banyak juga eluen yang harus digunakan.  Kemudian pada plat TLC dibuat garis tepi bawah dan atas yang berfungsi sebagai penanda naiknya noda dan eluen dan ini juga berfuingsi untuk penentuan RF ( factor retensi).
Setelah plat TLC siapbarulah ditotolkan sampel kedalam plat TLC yang telah dibuat, dimana kami membuat 3 buah plat TLC yang tiap platnya ditotolin dengan 4 jenis sampel yang berbeda, dimana pada perlakuan yang pertama kami mengambil sampel A ( ekstarak buah naga), B (ekstrak bayam), C ( ekstrak buah nanas), dan D ( ekstrak bunga kertas) . yang mana dalam penotolan ini di gunakan pipa kapiler untuk mengambil sampel, dimana awalnya pipa kapiler dipotong terlebih dahulu dengan katerlove  kemudian di masukkan kedalam aseton agar membersihkan kotoran atau senyawa lain yang ada pada pipa kapiler, kemudian barulah dimad\sukkan pipa kedalam sampel A yang kemudian ditotolkan pada plat, setelah itu pipa kapiler di cuci lagi dengan memasukkannya kedalam aseton dan memotongnya sedikit dengan kater love lalu di masukkan kedalam sanpel B, begitu seterusnya dilakukan untuk sampel C dan D. kemudian disiapkan Camber yang diisi dengan pelarut ( eluen ) yang sesuai. Dimana kami mengggunakan n Heksan dan  Etil asetat ( untuk perbandingan  n-heksan 3 etil asetat 2)  dengan volume  5 ml cukup d chamber. Dimana senyawa n-heksan adalah pelarut organil bersifat non polar dengan rumus molekul CH3(CH2)4CH3  sedangkan etil asetat juga merupakan pelarut organic bersifat polaratau semi polar karena kepolarannya bias dibilang agak rendah.. Etil asetat mempuinyai rumus molekul, CH3COOCH2CH3. Oleh karena inilah nantina zat aktif pada ekstrak sampel akan memisah dimana yangpolar akan masuk kedalam pelarut polar, sedangkan yang nonpolar akan masuk kedalam pelarut non polar. Setelah fasa gerak dan diam siap maka di masukkan lah plat TLC kedalam Chamber ang berisi eluen, kemudian di tunggui sampai eluen naik sampai batas paling atas g telah di buat barulah dikeluarkan dan diukur jrak tempuhnya.

Setelah ditunggu beberapa menit terlihat bahwa eluen telah bergerak sampai poada batas pi ggir atas maka plat TLC dikeluarkan dari chamber lalu dilihat pergerakan noda pada plat, dimana pada tahap ini digunakan sinar UV agar noda terlihat dengan jelas, dimana pada hasil yang pertama terlihat bahwa noda sampel dari buah naga cepat naik.dan pada plat ang kedua diulakuakan cara yang sama pada langkah awal namun de ngan sampel E ( ekstrak semangka), F ( ekstrak wortel), G (Ekstrak papaya) dan H (Ekstrak kentang) dengan hasil TLC terlihat bahwa jarak naik noda antara sampel E, F, dan G tidak jauh berbeda namun pada sampel H noda kentang tidak bergerak, dan selanjutnya pada perlakuan TLC yang terakhir yaitu pada sampel I ( Ekstrak tomat ) dan J ( Ekstrak bunga separtu) terlihat bahwa noda pada kedua sampel naik tinggi dengan jarak yang tidak terlalu jauh atau dengan jarak yang dekat. Oleh karenanya itu maka ketika telah disinari dengan UV kami tandai noda dengan pensil agar memujdahklan untuyk mengukur jarak tempuh noda ( subtituen sampel) dan jarak tempuh pelarut ( eluen). Maka di dapat lah pada TLC yang pertama jarak tempuh  sampel A( buah naga) yaitu  3.9 cm dan pada B ( sampel  bayam ) yaitu 0.3cm, pada C ( sampel nanas) yaitu  3.8 cm dan pada sampel D ( ekstrak bunga kertas) yaitu  2.5cm dengan jarak yang di tempuh pelarut ( eluennnya)  ialah 4.8 cm. dan untuk sampel E semangka mempunyai jarak tempuh 3,7 cm sedangkan pada f ( Wortel) mempunyai jarak tempuh 3,9 dan  pada E sebesar 3,8 cm sedangkan yang H yaitu 0 cm karena noda pada sampel kentang tidak bergerak. Dengan pelarut atau eluennnya naimk sebesar 4,5 cm dan pada plat TLC yang terakhir dapat diukur bahwa panjang jarak sampel I ( tomat) yaitu sebesar 4,1 dan pada sampel J ( ekstrak bunga sepatu ) yaitu sepanjang 4,0 cm dengan jarak tempuh pelarut yaitu 4,7 cm. sehingga RFnya dapat kita cari :

Nilai Rf dapat di cari ;
Nilai Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa / Jarak yang ditempuh oleh eluen (fase gerak)



Untuk sampel A   Rf = 3,9 /.4,8 = 0,8215

Untuk sampel B    Rf = 0,3 / 4,8 = 0,025

Untuk sampel C    Rf = 3,8 / 4,8 = 0,79166

Untuk sampel D   Rf = 2,5 / 4,8 = 0,520

Untuk sampel E    Rf = 3,7 /.4,5 = 0,8222

Untuk sampel F   Rf = 3,9 /.4,5 = 0,8666

Untuk sampel G   Rf = 3,8 /.4,5 = 0,8444

Untuk sampel H    Rf = 0 /.4,5 =  0

Untuk sampel I      Rf = 4,1 /.4,7 = 0,8723

Untuk sampel J     Rf =  4 /.4,7 = 0,8510

                                
Adapun yang menyebabkan noda pada kentang tidak naik yaitu kartena, pada dasarnya kromatografi lapis tipis ialah digunakan untuk memi-sahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi fase diam karena gerakan eluen. Pemisahan ditentukan oleh jenis eluen yang digunakan. Pemisahan dipengaruhi atas interaksi antara senyawa yang dipisahkan dengan fase diam, ukuran partikel fase diam (adsorben), dan kelarutan senyawa yang dipisahkan dalam eluen, jadi dimungkinkan sampel kentang tidak teradsorbsi pada pelarut yang digunakan.

8.2 Kromatografi kolom 

Pada kromatografi kolom ini kami bertujuan memisahkan senawa aktif yang terdapat pada suatu sampel, yang mana sama seperti percobaan sebelumnya kami melakukan suatu percobaan terhadap 10 sampel yaitu ; ekstrak buah naga, bayam, nasas, bunga kertas, semangka, wortel, papaya, kentang, tomat, dan ekstrak bunga sepatu. Pada kromatografi kolom ini digunakan kolom sebagai media tempat memisahkan komponenkomponen senawa aktif dari sampel. dengan prinsip kerja berdasarkan kemampuan adsorbsi dan afinitas sampel terhadap  fasa diam (silica gel), dimana zat aktif dari sampel akan terserap kedalam silica gel dan turun kebawah. Dimana fasa gerakna berupa eluen (pelarut) ang membawa zat aktif itu melalui fasa diam sepanjang kolom. komponen penyusun suatu zat terletak pada  perbedaan afinitas atau gaya adesi dari setiap jenis analit terhadap fasa diam dan fasa gerak sehingga masing-masing komponen penyusun suatu zat terpisah satu sama lain http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/


 Dimana pada fasa gerak yaitu eluen ( pelarut) yanmg digunakan harus disesuaikan juga dengan sampel karena hal ini jnuga dapat mempengaruhi hasil dari kromatografi tersebut. Dimana eluen  atau zat pelarut ini nantina akan melakukan elusi yaitu proses penyaringan analit dari proses adsorben oleh senyawa aktif yang ada pada sampel dengan melewati penjerat analit. Namun jika eluen melakukan elusi terlalu cepat maka penyarian senyawa aktif bis berjalan tidak merata atau tidak baik, namun begitu juga sebaliknya jika eluen berjalan terlalu lambat menyebebkan waktu retensi yang terlalu lama. 

Pada percobaan ini langkah awal yang dilakukan yaitu penyiapan kolom yaitu dengan menyumbat bagian bawah kolom dengan kapas, ialah bertujuan sebagai penyangga isian agar silica gel tidak jatuh. Pada tahap ini klom yang telah diisi kapas kemudian dibasahi dindingnya dengan aseton yaitu bertujuan agar pengotor yang berada pada dinding kolom turun kebawah sehingga tidak mempengaruhi hasil dari kromatografi yang akan dilakukan,. Setelah itu pada gelas kimia lain kita campurkan serbuk silica gel kedalam pelarut  n heksana dan di aduk sampai silica berubah menjadi bentuk gel. Setelah itu barulah kita masukkan silica gel ini kedalam kolom tadi yang telah di sumbat oleh kapas dan sambil di ketuk untuk memadatkanna . Silika gel di masukakn setinggi setengah tinggi kolom. Kita harus  pastikan memang bahwa silika telah padat aitu dengan tanda telah terjadi padaatn adalah jika silika tdak turun kebawah lagi, meskipun pekarutnya pastinya tetap turun.  Setelah padat lalu tinggal masukkan sampel ang telah di impreknasi.  

Cara impreknasi yaitu dengan mencampurkan sedikit silika  ( 1 sudip)  dengan menetisanya dengan beberapa tetes  sampel ekstrak yang akan di kromatografi. Di campurkan dengan mengaduknya agar tercampur dengan merata, adapun impreknasi ini bermaksud untuk menjeratkan sampel dalam pori silika gel. Impreknasi sampel ini dimasukkan kedalam kolom diletakkan di atas  silica sedikit saja  dan dengan rata agar senawa yang terelusi merata. Lalu di tambahakan dengan eluen atau fasa gerak yang  sesuai dengan bagian bawah kolom diberi gelas botol untuk menampung hasil dari kromatografi kolom. Hal ini dilakukan tahap yang sama pada semua sampel namun hanya saja pelarutnya yang berbeda. 

Pada sampel A yaitu buah naga kami menggunakan eluen n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan  8;1 dengan banak volume 16 ml banding 8 ml. dimana pada hasil pengamatan pada penambahan eluen sebanyak 5 ml pertama sampel tidak turun sampai penambahan 40 ml eluen sampel akhirnya baruj turun setengah pada silica, dan kami peroleh 6 botol gelas hasil kromatografi yang mana semuanya berwarna bening. Hal ini yang menyebabkan sampel atau senyawa tidak mau ter elusi adalah di mungkin karena sampel bersifat polar sedangklan eluen yang di gunakan bersifat non polar jadi sampel atau senyawa susah ter adsorbs atau larut dalam eluen. 

Pada sampel B yaitu bayam dkami menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 1;2 dimana kami dapat hasil kromatografi sebanyak 4 botol dengan pada botol ke 2 dan ke tiga berwarna hijau . dimana bsampel B cepat terelusi karena sifat kepolarannya sama dengan eluen yang digunakan. Yaitu bersifat polar. Dan pada sampel C kami menggunakan pelarut (eluen) berupa klorofom dan methanol dengan perbandingan 3;1 kami peroleh 3 botol dimana pada botol kedua keruh yang menandakan senyawa aktif pada sampel sudah ter elusi dan peroses ini berjalan dengan baik yang artinya eluen yangdi gunakan sesuai namun hanya saja silica gel yang di gunakan pecah sehingga  sampel tdak ter elusi dengan sempurna karena terperangkap dalam silica gel. Dan poada sampel D yaitu bunga kertas kami gunakan eluen berupa campuran klorofom peroleh 5 botol dimana pada botol kedua terdapat seperti minyak dan pada botol ketiga keruh hal inio juga menandakan sampel terelusi dengan baik oleh klorofom. Pada sampel E yaitu semangka kami menggunakan eluen berupa n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3;2 dimana pada botol kedua berwarna pudar yang menandakan sampel terelusi dengan baik dan pada sampel F yaitu wortel dan G yaitu pepaya kami menggunakan eluen nheksan dan etil asetat juga dengan perbandingan 3;2 yang mana eluen yang di gunakan juga sesuai sehingga sampel dapat terelusi dengan baik. Dan pada sampel  H yaitu  kentang kami menggunakan eluen berupa klorofom dan methanol dengan perbandingan 3;1 dan ini juga terelusi dengan baik dan pada sampel I yaitu tomat dan J yaitu bunga sepatu kami gunakan eluen berupa n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3;2 kami gunakan pelarut yang sama karena sifat dari senyawa yang terkandung dalam sampel tersebut sama dimana keduanya bersifat non polar sehinnga dapat terelusi dengan baik pada eluen tersebut. 

Setelah dilakukan kromatografi kolom ini kami peroleh sampel pada botol gelas lalu kami tutup botol tertsebut dengan aluminiumfoil yang dibolongi kemudian dibiarkan selama seminggu dimana tujuannya yaitu untuk menguapkan eluen yang di gunakan sehingga hanya senyawa yang di inginkan yang tertionggal, baru kemudian setelah itu sampel ini dilakukan lagi TLC (sama seperti cara TLC sebelumnya) namun pada TLC sampel ini ada beberapa noda sampel yang tidak bergerak bahkan tidak timbul noda hal ini dimungkinkan karena zat aktif yang ada ikut menguap bersama eluen sehingga tidak dapat diidentifikasi lagi. 

      
IX  PERTANYAAN   PASCA  PRATIKUM
1.      Bagaimana cara anda memadatkan silika pada kolom dan apakah tujuan dipadatkan silika tersebut?
2.      Bagaimanakah tahap impreknasi itu? dan apakah manfaatnya ?
3.      Apa yang terjadi pada hasil TLC pada ekstrak kentang ?


X  KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pratikum ini ialah :
         Adapun yang dimaksud dengan pemisahan secara kromatografi ialah pemisan suatu zat aktif yang terkandung di dalam suatu sampel berdasarkan kemampuan bergerak dalam fasa diam dan fasa gerak.
         Ada beberapa jenis teknik kromatografi diantaranya : kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan lainnya
         Pada kromatografi kolom prosesnya berdasarkan kemampuan adsorbsi dan partisi dimana komponen sampel secara selektif di adsorbsi oleh permukaan fasa diam. dan juga komponen sampel secara selektif terpartisi antara eluaen dan lapisan cairan tipis yang terikat pada padatan pendukung inert.
         Pada kromatografi lapis tipis menggunakan prinsip kerja dengan pemisahan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut atau eluen yang di gunakan.


XI  DAFTAR PUSTAKA
 
  • Fessenden .1997  . Dasar – dasar kimia organik . Jakarta : Binarupa Aksara.
  • http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/ diakses tanggal 12 april 2019.
  • Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik .Jakarta: UI-Press
  • Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
  • Mila wati dkk. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Dari Fraksi Etil Asetat Pada Daun Berwarna Merah Pucuk Merah (Syzygium Myrtifilium Walp.) . Jurnal Kimia Mulawarman . Volume 14 Nomor 2
  • Tim Kimia Organik. 2015. Penuntun pratikum kimia  orgaik 1. Jambi : universitas jambi


XII  LAMPIRAN

1. proses impreknasi
 2. proses TLC






 3. proses kromatografi kolom sampel semangka


 3. 10 ekstrak sampel
 4. pemadatan silika gel








. proses kromatografi kolom pada sampel buah naga

4 komentar:

  1. Saya mirnawati (13), akan menjawab permasalahan pada no 2. Tahap impreknasi yaitu tahapan yang dilakukan terhadap sampel sebelum siap untuk di lakukan kromatografi kolom yaitu dengan cara mencampurkan sampel dengan sedikit silika dan mengaduknya dimana hal ini bermaksud untk menjeratkan sampel dalam pori silika gel . Setelah itu hasil impreknasi ini dimasukkan kedalam kolom untuk di kromatografi.

    BalasHapus
  2. Nama saya Hefty Juwita (A1C117053), akan menjawab pertanyaan nomor 3. Pada TLC ekstrak kentang ini digunakan eluen berupa n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2 : 1. Dimana terlihat hasil bahwa noda kentang tidak naik, hal ini mungkin dikarenakan zat aktif yang ada di dalam kentang tidak larut dalam eluen yang kami pakai sehingga noda kentang tidak dapat ikut naik. Terimakasih.

    BalasHapus
  3. Saya Febry (073) akan menjawab pertanyaan nomor 1. kita dapat memadatkannya dengan mengetuk-ngetuk batng kolom dengan pensil atupun cukup dengan tangan, dan adapun tujuan di padatkan adalah sebagai fasa diam. jika silika pecah maka zat aktif dalam sampel tidak dapat turun dan menyangkut. Atau terperangkap dalam pori silika gelnya.

    BalasHapus
  4. BetMGM Casino App for Android and iOS - KT Hub
    This page 안양 출장마사지 shows 양산 출장안마 the full BetMGM Casino app available to 의정부 출장샵 download for Android and iOS. The BetMGM 남원 출장마사지 app includes a 과천 출장안마 bonus game and free spin.

    BalasHapus

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN 8   ( KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM )