LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN 8
( KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM )
DI
SUSUN OLEH :
NAMA : IKA ERMAYANTI
NIM : A1C117031
KELAS : REGULER A
DOSEN
PENGAMPU :
Dr.
Drs. SYAMSURIZAL, M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
VII
DATA PENGAMATAN
7.1. Kromatografi lapis tipis
No.
|
Sampel
|
Jarak
Noda(cm) |
Jarak
Eluen (cm) |
Rf
|
1
|
Buah naga
|
3,9
|
4,8
|
0,8125
|
2
|
Bayam
|
0,3
|
4,8
|
0,025
|
3
|
Nanas
|
3,8
|
4,8
|
0,79166
|
4
|
Bunga kertas
|
2,5
|
4,8
|
0,520
|
5
|
Semangka
|
3,7
|
4,5
|
0,8222
|
6
|
wortel
|
3,9
|
4,5
|
0,8666
|
7
|
pepaya
|
3,8
|
4,5
|
0,8444
|
8
|
Kentang
|
0
|
4,5
|
0
|
9
|
Tomat
|
4,1
|
4,7
|
0,8723
|
10
|
Bunga sepatu
|
4,0
|
4,7
|
0,8510
|
7.2. Kromatografi kolom
No.
|
Sampel
|
banyak botol |
Warna
|
Hasil TLC
|
1
|
Buah naga
|
6 botol |
Bening semua
|
Tidak ada noda ang bergerak
|
2
|
Bayam
|
4 botol |
1
(bening) 2 (Hijau) 3 (hijau pudar ) 4 (bening)
|
Noda tidak ada yang bergerak tetapi tapi
noda 1,2,3 terlihat berwarna kekuningan pada garis bawah plat.
|
3
|
Nanas
|
3 botol |
1 (bening) 2 (kuning keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
4
|
Bunga kertas
|
5 botol |
1 ( bening ) 2 ( terdapat seperti minak ) 3
( agak keruh ) 4 dan 5 ( bening )
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
5
|
Semangka
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
6
|
wortel
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( kuning cerah ) 3 (bening)
|
Noda 1dan 3 tampak berwarna krim pada garis
bawah tapi tidak bergerak
|
7
|
pepaya
|
4 botol
|
1 (bening) 2 ( kekuningan ) 3 dan 4 (bening)
|
Noda satu tak terjadi apa2. Noda 2 dan 4
tampak noda krim pada garis bawah dan pada noda 3 bergerak naik dengan warna
krim
|
8
|
Kentang
|
4 botol
|
1 (bening) 2 ( kuning keruh ) 3 dan 4
(bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
9
|
Tomat
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( kemerahan) 3 (bening)
|
Pada noda ketiga berwarna abu2 dan bergrak
naik ke atas
|
10
|
Bunga sepatu
|
4 botol
|
1 (bening) 2 dan 3( keruh ) 4 ( keruh pudar )
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
VIII
PEMBAHASAN
8.1 Kromatografi Lapis Tipis
Pada percobaan ini kami melakukan pemisahan terhadap 10
ekstrak sampel dengan teknik kromatografi lapis tipis, dimana ekstrak sampel
yang kami gunakan itu ialah ; ekstrak buah naga, bayam, nasas, bunga kertas,
semangka, wortel, papaya, kentang, tomat, dan ekstrak bunga sepatu. Pada
kromatografi lapis tipis ini digunakan prinsip kerja berdasarkan kemampuan
partisi dan adsorbsi yang terlibat dalam fasa gerak dan fasa diam. Dimana fasa
diam yang digunakan ialah plat TLC,
sedangkan fasa gerak yang digunakan ialah eluen beruipa suatu larutan cair (
pelarut) ang harus di sesuaikan dengan jenis sampel yang dianalisis dari segi
polar ataiu non polarnya ( kepolarannya). Dimana fase diam akan merambat keatas
membasahi kertas saring, dengan demikian ruangan dalam bejana tertutup ini akan
lebih cepat dijenuhi dengan uap pelarut. Setelah ruangan dalam bejana jenuh
dengan uap fase gerak (terjadi kesetimbangan), plat TLC dimasukkan dimulai
pengembangan atau elusi. Bercak sample pada garis awal jangan sampai tercelup
dalam fase gerak. Fase gerak akan merambat naik membawa komponen sample.
Kecepatan merambat tiaptiap komponen berbeda tergantung kekuatan persaingan zat
aktif yang ada di dalam sampel.
Dimana hal pertama yang harus dilakukan pada metode ini
yaitu menyiapkan plat TLC yang diogunakan sebagai . Dimana cara membuat plat
ini dilakukan dengan memotong kertas saring whattman dengan panjang 5 cm dengan
lebar 3 cm, dalam menentukan besar plat tlc yang digunakan tidak perlu
berukuran terlalu besar karena jika ukuran plat TLC terlalu besar maka semakin
banyak juga eluen yang harus digunakan.
Kemudian pada plat TLC dibuat garis tepi bawah dan atas yang berfungsi
sebagai penanda naiknya noda dan eluen dan ini juga berfuingsi untuk penentuan
RF ( factor retensi).
Setelah plat TLC siapbarulah ditotolkan sampel
kedalam plat TLC yang telah dibuat, dimana kami membuat 3 buah plat TLC yang
tiap platnya ditotolin dengan 4 jenis sampel yang berbeda, dimana pada
perlakuan yang pertama kami mengambil sampel A ( ekstarak buah naga), B
(ekstrak bayam), C ( ekstrak buah nanas), dan D ( ekstrak bunga kertas) . yang
mana dalam penotolan ini di gunakan pipa kapiler untuk mengambil sampel, dimana
awalnya pipa kapiler dipotong terlebih dahulu dengan katerlove kemudian di masukkan kedalam aseton agar
membersihkan kotoran atau senyawa lain yang ada pada pipa kapiler, kemudian
barulah dimad\sukkan pipa kedalam sampel A yang kemudian ditotolkan pada plat,
setelah itu pipa kapiler di cuci lagi dengan memasukkannya kedalam aseton dan
memotongnya sedikit dengan kater love lalu di masukkan kedalam sanpel B, begitu
seterusnya dilakukan untuk sampel C dan D. kemudian disiapkan Camber
yang diisi dengan pelarut ( eluen ) yang sesuai. Dimana kami
mengggunakan n Heksan dan Etil asetat (
untuk perbandingan n-heksan 3 etil
asetat 2) dengan volume 5 ml cukup d chamber. Dimana senyawa n-heksan
adalah pelarut organil bersifat non polar dengan rumus molekul CH3(CH2)4CH3 sedangkan etil asetat juga merupakan
pelarut organic bersifat polaratau semi polar karena kepolarannya bias dibilang
agak rendah.. Etil asetat mempuinyai rumus molekul, CH3COOCH2CH3.
Oleh karena inilah nantina zat aktif pada ekstrak sampel akan memisah
dimana yangpolar akan masuk kedalam pelarut polar, sedangkan yang nonpolar akan
masuk kedalam pelarut non polar. Setelah fasa gerak dan diam siap maka di
masukkan lah plat TLC kedalam Chamber ang berisi eluen, kemudian di tunggui
sampai eluen naik sampai batas paling atas g telah di buat barulah dikeluarkan
dan diukur jrak tempuhnya.
Setelah ditunggu beberapa menit terlihat bahwa eluen
telah bergerak sampai poada batas pi ggir atas maka plat TLC dikeluarkan dari
chamber lalu dilihat pergerakan noda pada plat, dimana pada tahap ini digunakan
sinar UV agar noda terlihat dengan jelas, dimana pada hasil yang pertama
terlihat bahwa noda sampel dari buah naga cepat naik.dan pada plat ang kedua
diulakuakan cara yang sama pada langkah awal namun de ngan sampel E ( ekstrak
semangka), F ( ekstrak wortel), G (Ekstrak papaya) dan H (Ekstrak kentang)
dengan hasil TLC terlihat bahwa jarak naik noda antara sampel E, F, dan G tidak
jauh berbeda namun pada sampel H noda kentang tidak bergerak, dan selanjutnya
pada perlakuan TLC yang terakhir yaitu pada sampel I ( Ekstrak tomat ) dan J (
Ekstrak bunga separtu) terlihat bahwa noda pada kedua sampel naik tinggi dengan
jarak yang tidak terlalu jauh atau dengan jarak yang dekat. Oleh karenanya itu
maka ketika telah disinari dengan UV kami tandai noda dengan pensil agar
memujdahklan untuyk mengukur jarak tempuh noda ( subtituen sampel) dan jarak
tempuh pelarut ( eluen). Maka di dapat lah pada TLC yang pertama jarak tempuh sampel A( buah naga) yaitu 3.9 cm dan pada B ( sampel bayam ) yaitu 0.3cm, pada C ( sampel nanas)
yaitu 3.8 cm dan pada sampel D ( ekstrak
bunga kertas) yaitu 2.5cm dengan jarak
yang di tempuh pelarut ( eluennnya)
ialah 4.8 cm. dan untuk sampel E semangka mempunyai jarak tempuh 3,7 cm
sedangkan pada f ( Wortel) mempunyai jarak tempuh 3,9 dan pada E sebesar 3,8 cm sedangkan yang H yaitu
0 cm karena noda pada sampel kentang tidak bergerak. Dengan pelarut atau
eluennnya naimk sebesar 4,5 cm dan pada plat TLC yang terakhir dapat diukur
bahwa panjang jarak sampel I ( tomat) yaitu sebesar 4,1 dan pada sampel J (
ekstrak bunga sepatu ) yaitu sepanjang 4,0 cm dengan jarak tempuh pelarut yaitu
4,7 cm. sehingga RFnya dapat kita cari :
Nilai Rf dapat di cari ;
Nilai
Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa / Jarak yang ditempuh oleh eluen (fase
gerak)
Untuk sampel A Rf = 3,9 /.4,8 = 0,8215
Untuk sampel B
Rf = 0,3 / 4,8 = 0,025
Untuk sampel C Rf = 3,8 / 4,8 = 0,79166
Untuk sampel D Rf = 2,5 / 4,8 = 0,520
Untuk sampel E Rf = 3,7 /.4,5 = 0,8222
Untuk sampel F Rf = 3,9 /.4,5 = 0,8666
Untuk sampel G
Rf = 3,8 /.4,5 = 0,8444
Untuk sampel H Rf = 0 /.4,5 = 0
Untuk sampel I Rf = 4,1 /.4,7 = 0,8723
Untuk sampel J
Rf = 4 /.4,7 = 0,8510
Adapun yang menyebabkan noda pada kentang tidak naik
yaitu kartena, pada dasarnya kromatografi lapis tipis ialah digunakan untuk
memi-sahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi fase
diam karena gerakan eluen. Pemisahan ditentukan oleh jenis eluen yang
digunakan. Pemisahan dipengaruhi atas interaksi antara senyawa yang dipisahkan dengan
fase diam, ukuran partikel fase diam (adsorben), dan kelarutan senyawa yang
dipisahkan dalam eluen, jadi dimungkinkan sampel kentang tidak teradsorbsi pada
pelarut yang digunakan.
8.2 Kromatografi kolom
Pada kromatografi kolom ini kami bertujuan
memisahkan senawa aktif yang terdapat pada suatu sampel, yang mana sama seperti
percobaan sebelumnya kami melakukan suatu percobaan terhadap 10 sampel yaitu ; ekstrak buah naga, bayam, nasas,
bunga kertas, semangka, wortel, papaya, kentang, tomat, dan ekstrak bunga sepatu.
Pada kromatografi kolom ini digunakan kolom sebagai media tempat memisahkan
komponenkomponen senawa aktif dari sampel. dengan prinsip kerja berdasarkan
kemampuan adsorbsi dan afinitas sampel
terhadap fasa diam (silica gel),
dimana zat aktif dari sampel akan terserap kedalam silica gel dan turun kebawah.
Dimana fasa gerakna berupa eluen (pelarut) ang membawa zat aktif itu melalui
fasa diam sepanjang kolom. komponen penyusun suatu zat terletak pada perbedaan afinitas atau gaya adesi dari
setiap jenis analit terhadap fasa diam dan fasa gerak sehingga masing-masing
komponen penyusun suatu zat terpisah satu sama lain. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Dimana pada fasa gerak yaitu eluen ( pelarut)
yanmg digunakan harus disesuaikan juga dengan sampel karena hal ini jnuga dapat
mempengaruhi hasil dari kromatografi tersebut. Dimana eluen atau zat pelarut ini nantina akan melakukan
elusi yaitu proses penyaringan analit dari proses adsorben oleh senyawa aktif
yang ada pada sampel dengan melewati penjerat analit. Namun jika eluen
melakukan elusi terlalu cepat maka penyarian senyawa aktif bis berjalan tidak
merata atau tidak baik, namun begitu juga sebaliknya jika eluen berjalan
terlalu lambat menyebebkan waktu retensi yang terlalu lama.
Pada
percobaan ini langkah awal yang dilakukan yaitu penyiapan kolom yaitu dengan
menyumbat bagian bawah kolom dengan kapas, ialah bertujuan sebagai penyangga
isian agar silica gel tidak jatuh. Pada tahap ini klom yang telah diisi kapas
kemudian dibasahi dindingnya dengan aseton yaitu bertujuan agar pengotor yang
berada pada dinding kolom turun kebawah sehingga tidak mempengaruhi hasil dari
kromatografi yang akan dilakukan,. Setelah itu pada gelas kimia lain kita
campurkan serbuk silica gel kedalam pelarut
n heksana dan di aduk sampai silica berubah menjadi bentuk gel. Setelah
itu barulah kita masukkan silica gel ini kedalam kolom tadi yang telah di
sumbat oleh kapas dan sambil di ketuk untuk memadatkanna . Silika gel di masukakn
setinggi setengah tinggi kolom. Kita harus
pastikan memang bahwa silika telah padat aitu dengan tanda telah terjadi
padaatn adalah jika silika tdak turun kebawah lagi, meskipun pekarutnya
pastinya tetap turun. Setelah padat lalu
tinggal masukkan sampel ang telah di impreknasi.
Cara
impreknasi yaitu dengan mencampurkan sedikit silika ( 1 sudip)
dengan menetisanya dengan beberapa tetes
sampel ekstrak yang akan di kromatografi. Di campurkan dengan
mengaduknya agar tercampur dengan merata, adapun impreknasi ini bermaksud untuk
menjeratkan sampel dalam pori silika gel. Impreknasi sampel ini dimasukkan
kedalam kolom diletakkan di atas silica sedikit
saja dan dengan rata agar senawa yang
terelusi merata. Lalu di tambahakan dengan eluen atau fasa gerak yang sesuai dengan bagian bawah kolom diberi gelas
botol untuk menampung hasil dari kromatografi kolom. Hal ini dilakukan tahap
yang sama pada semua sampel namun hanya saja pelarutnya yang berbeda.
Pada
sampel A yaitu buah naga kami menggunakan eluen n-heksana dan etil asetat
dengan perbandingan 8;1 dengan banak
volume 16 ml banding 8 ml. dimana pada hasil pengamatan pada penambahan eluen
sebanyak 5 ml pertama sampel tidak turun sampai penambahan 40 ml eluen sampel
akhirnya baruj turun setengah pada silica, dan kami peroleh 6 botol gelas hasil
kromatografi yang mana semuanya berwarna bening. Hal ini yang menyebabkan
sampel atau senyawa tidak mau ter elusi adalah di mungkin karena sampel bersifat
polar sedangklan eluen yang di gunakan bersifat non polar jadi sampel atau
senyawa susah ter adsorbs atau larut dalam eluen.
Pada sampel
B yaitu bayam dkami menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 1;2 dimana kami dapat hasil kromatografi sebanyak 4 botol dengan
pada botol ke 2 dan ke tiga berwarna hijau . dimana bsampel B cepat terelusi
karena sifat kepolarannya sama dengan eluen yang digunakan. Yaitu bersifat
polar. Dan pada sampel C kami menggunakan pelarut (eluen) berupa klorofom dan
methanol dengan perbandingan 3;1 kami peroleh 3 botol dimana pada botol kedua
keruh yang menandakan senyawa aktif pada sampel sudah ter elusi dan peroses ini
berjalan dengan baik yang artinya eluen yangdi gunakan sesuai namun hanya saja
silica gel yang di gunakan pecah sehingga
sampel tdak ter elusi dengan sempurna karena terperangkap dalam silica
gel. Dan poada sampel D yaitu bunga kertas kami gunakan eluen berupa campuran
klorofom peroleh 5 botol dimana pada botol kedua terdapat seperti minyak dan
pada botol ketiga keruh hal inio juga menandakan sampel terelusi dengan baik
oleh klorofom. Pada sampel E yaitu semangka kami menggunakan eluen berupa
n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3;2 dimana pada botol kedua
berwarna pudar yang menandakan sampel terelusi dengan baik dan pada sampel F
yaitu wortel dan G yaitu pepaya kami menggunakan eluen nheksan dan etil asetat
juga dengan perbandingan 3;2 yang mana eluen yang di gunakan juga sesuai
sehingga sampel dapat terelusi dengan baik. Dan pada sampel H yaitu
kentang kami menggunakan eluen berupa klorofom dan methanol dengan
perbandingan 3;1 dan ini juga terelusi dengan baik dan pada sampel I yaitu
tomat dan J yaitu bunga sepatu kami gunakan eluen berupa n-heksan dan etil
asetat dengan perbandingan 3;2 kami gunakan pelarut yang sama karena sifat dari
senyawa yang terkandung dalam sampel tersebut sama dimana keduanya bersifat non
polar sehinnga dapat terelusi dengan baik pada eluen tersebut.
Setelah
dilakukan kromatografi kolom ini kami peroleh sampel pada botol gelas lalu kami
tutup botol tertsebut dengan aluminiumfoil yang dibolongi kemudian dibiarkan
selama seminggu dimana tujuannya yaitu untuk menguapkan eluen yang di gunakan sehingga
hanya senyawa yang di inginkan yang tertionggal, baru kemudian setelah itu
sampel ini dilakukan lagi TLC (sama seperti cara TLC sebelumnya) namun pada TLC
sampel ini ada beberapa noda sampel yang tidak bergerak bahkan tidak timbul
noda hal ini dimungkinkan karena zat aktif yang ada ikut menguap bersama eluen sehingga
tidak dapat diidentifikasi lagi.
IX PERTANYAAN
PASCA PRATIKUM
1. Bagaimana cara anda memadatkan
silika pada kolom dan apakah tujuan dipadatkan silika tersebut?
2. Bagaimanakah tahap impreknasi itu?
dan apakah manfaatnya ?
3. Apa yang terjadi pada hasil TLC pada
ekstrak kentang ?
X
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan pratikum ini ialah :
•
Adapun
yang dimaksud dengan pemisahan secara kromatografi ialah pemisan suatu zat
aktif yang terkandung di dalam suatu sampel berdasarkan kemampuan bergerak
dalam fasa diam dan fasa gerak.
•
Ada
beberapa jenis teknik kromatografi diantaranya : kromatografi kolom,
kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan lainnya
•
Pada
kromatografi kolom prosesnya berdasarkan kemampuan adsorbsi dan partisi dimana
komponen sampel secara selektif di adsorbsi oleh permukaan fasa diam. dan juga
komponen sampel secara selektif terpartisi antara eluaen dan lapisan cairan
tipis yang terikat pada padatan pendukung inert.
•
Pada
kromatografi lapis tipis menggunakan prinsip kerja dengan pemisahan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut atau eluen yang di
gunakan.
XI DAFTAR PUSTAKA
- Fessenden .1997 . Dasar – dasar kimia organik . Jakarta : Binarupa Aksara.
- http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/ diakses tanggal 12 april 2019.
- Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik .Jakarta: UI-Press
- Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
- Mila wati dkk. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Dari Fraksi Etil Asetat Pada Daun Berwarna Merah Pucuk Merah (Syzygium Myrtifilium Walp.) . Jurnal Kimia Mulawarman . Volume 14 Nomor 2
- Tim Kimia Organik. 2015. Penuntun pratikum kimia orgaik 1. Jambi : universitas jambi
XII
LAMPIRAN
1. proses impreknasi
2. proses TLC
3. proses kromatografi kolom sampel semangka
3. 10 ekstrak sampel
. proses kromatografi kolom pada sampel buah naga
Saya mirnawati (13), akan menjawab permasalahan pada no 2. Tahap impreknasi yaitu tahapan yang dilakukan terhadap sampel sebelum siap untuk di lakukan kromatografi kolom yaitu dengan cara mencampurkan sampel dengan sedikit silika dan mengaduknya dimana hal ini bermaksud untk menjeratkan sampel dalam pori silika gel . Setelah itu hasil impreknasi ini dimasukkan kedalam kolom untuk di kromatografi.
BalasHapusNama saya Hefty Juwita (A1C117053), akan menjawab pertanyaan nomor 3. Pada TLC ekstrak kentang ini digunakan eluen berupa n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2 : 1. Dimana terlihat hasil bahwa noda kentang tidak naik, hal ini mungkin dikarenakan zat aktif yang ada di dalam kentang tidak larut dalam eluen yang kami pakai sehingga noda kentang tidak dapat ikut naik. Terimakasih.
BalasHapusSaya Febry (073) akan menjawab pertanyaan nomor 1. kita dapat memadatkannya dengan mengetuk-ngetuk batng kolom dengan pensil atupun cukup dengan tangan, dan adapun tujuan di padatkan adalah sebagai fasa diam. jika silika pecah maka zat aktif dalam sampel tidak dapat turun dan menyangkut. Atau terperangkap dalam pori silika gelnya.
BalasHapusBetMGM Casino App for Android and iOS - KT Hub
BalasHapusThis page 안양 출장마사지 shows 양산 출장안마 the full BetMGM Casino app available to 의정부 출장샵 download for Android and iOS. The BetMGM 남원 출장마사지 app includes a 과천 출장안마 bonus game and free spin.